aku berbicara dengan segala
kesadaran tanpa mempedulikan bisikan-bisikan agar aku menentang takdir
ya......aku adalah jiwa yang penuh dengan aturan fenomena alam hanya berharap
tanpa jawaban. Menanamkan pilar-pilar kebenaran hati namun tak membuahkan
menara impian. Berjalan, berrbicara, berteman bahkan memasuki dunia pendidikan
tanpa hati nurani, semua adalah aturan.
Hari ini desahan ku salamkan pada
angin sebagai sahabat tansah kelingan air mata hati ketika aturan membuat diri
mati. Ha.....ha....ha....burung hantu tergugah di jendela kamar ketika kamar
mereka menolak apa yang ku inginkan.
“kau lebih baik seperti ini”
Sayup-sayup itu mendengkur di bahu
walau lirih gemersik kuusahakan masuk ke hati selembut sutera, resah jiwa
menembus dinding hati berputar mengelilingi kebingungan akal.
“bagaimana jika seusai sekolah, kita
ke mall”
Merambat ku melangkah jiwa.
Oh.....mereka mengerti akan sosok yang harus patuh pada putaran jiwa.
“kau seperti di penjara”
“kau tidak bosan dengan hidupmu”
AKU, aku hanya terpaku melihat
pikiran mereka berlari ke arahku bersama bintan kebingungan.dia memegang bahuku
memberi ketenangan hati.
BOSAN__sebosan aku, menghitung
kalender diatas laci kamar dengan angan kapan semua ini usai bersyukur karna
aku tidak gila perihal aturan yang menjadi rantai belenggu. Seingat hati__
“keterpaksaan akan membawa
kebiasaan, sesuatu jangan dijadikan kewajiban tapi kebutuhan.”
Tapi bukan berarti aku orang baik
karna selalu mengikuti pasung takdir. Karna aku harus menanggung malu di
hadapan tuhan dengan sifat angkuh, pemarah bahkan mungkin aku tak pantas di
kenal oleh dunia.
Coretan merah selalu menggores diary
tatkala suara hati meminta perubahan yang logikanya aku tetaplah segumpal darah
yang akan mengalami perubahan kapan saja. Namun bisakah diri ini....?
Tak jarang dari mereka menampakkan
kebencian pada sosok jelata ini, sebuah alasan jelas karena aku tak mampu
merubah sifatku.
Tapi tuhan jika aku boleh mengadu
dan menyanggah paksaan ini. Jujur aku merasa tidak adil ketika mereka memintaku
berubah tapi takdirku tak pernah berubah.
Dan kini aturan itu merambat pada
cintaku.
penulis: salah satu mahasiswa ilmu administrasi negara, fakultas ilmu sosial dan politik universitas tribhuwana tunggadewi malang
0 comments :